itinerary desa adat BENA

FLORES WE COMING PART 5
DESA BENA
9 – 18 agustus 2014

Hari kamis tanggal 15 Agustus 2014 setelah turun dari waerebo kami kembali ke ruteng. Disini kami akan menginap 1 hari agar besok kami melanjutkan perjalanan menuju kelimutu. Malam hari kami sampai di ruteng kami kembali mencari penginapan di susteran MBC kembali tapi sayang tidak ada lagi kamar yang tersisa, sehingga kami mencari penginapan lain. Akhirnya kami menemukan penginapan dengan harga Rp. 250.000,- / kamar /hari. Agak mahal karena fasilitas yang didapatkan malah dibawah susteran. Memang benar kalau ingin menginap di susteran harus pesan beberapa hari terlebih dahulu karena penginapan susteran harganya murah yaitu Rp. 100.000,- / orang / hari, tempatnya bersih, fasilitas memadai dan memang sudah terkenal di antara backpacker dunia.

Kami sudah menyewa travel yang kita gunakan selama Labuan bajo dank e waerebo. Kalau g salah perjanjiannya ruteng sampe moni dengan harga Rp.2.200.000,- biasalah lebih terasa hemat karena dibagi beberapa orang. Oia perjalanan ruteng ende akan ditempuh dalam waktu 7 s/d 8 jam. Planningnya kami akan berangkat pukul 9 pagi dengan asumsi kami akan mampir ke Desa Adat Bena di daerah Bejawa. Tapi karena kendala tekhnis travel kami tidak bisa menjemput kita sesuai kesepakatan. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan – jalan di kota ruteng ini sekalian mencari sarapan.


Ruteng adalah kota yang dingin bahkan 2x dinginnya malang. Inilah perjalanan kami selama di ruteng.

lapangan MOTANG RUA

KANTOR BUPATI

narsis bersama anak2 ruteng

katedral ruteng


Dan karena permasalahan dengan pihak sewa mobil akhirnya kami mulai meninggalkan ruteng pukul 2 dan itu berarti kami akan sampai di desa bena sekitar magrib sehingga kami menskip desa bena karena memang tidak mungkin terkejar.
Tapi tenang saja desa bena tetap akan diceritakan disini berdasarkan cerita dari bang KEN yang pergi ke desa bena beberapa bulan setelah trip ini dan dengan sengaja mengupdate foto dirinya di PATH yang jelas membuat kita iri, tega benar si bang KEN ini.

Menurut cerita dari bang KEN untuk sampai ke desa bena dari bejawa sekitar 15 s/d 20 menit atau 18 km. saat ke desa bena bang KEN menggunakan sepeda motor. Menurut info bisa juga menggunakan ojek dari kawasan pasar bajawa dengan tariff 20 – 30 ribu rupiah atau dengan angkot dengan tarif 5ribu rupiah.

Desa adat BENA sering disebut desa megalithikum karena peninggalan – peninggalan zaman batu mudah ditemui disini dan masih dijaga keasliannya sejak ribuan tahun yang lalu. Benda – benda yang peninggalan zaman megalithikum yang bisa ditemui disini seperti meja batu, menhir, kubur batu dan lain – lain. Semua benda tersebut masih digunakan sesuai dengan fungsinya sampai saat ini.
Kehidupan di desa adat bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1200 tahun yang lalu. Desa Bena tumbuh memanjang dari utara ke selatan dengan pintu masuk desa hanya dari utara sementara bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal. Di tengah desa terdapat bangunan yang disebut bhaga dan ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasanya dari jenis kayu khusus dan keras karena digunakan sebagai tiang hewan qurban ketika pesta adat.

Dan beginilah wajah desa bena nang indah

hasil tenun mama - mama desa bena

batu megalithikum



ini ne foto yang paling bikin sebel. ketawa kau lebar sekali bang ken serasa berkata "kamu belum kesini kan" -__-



okeyyyy.... see you part 6 about kelimutu





Komentar

Postingan Populer